Orang Aceh Harus Giat Membaca
Orang Aceh Harus Giat Membaca

Orang Aceh Harus Giat Membaca

Selamat datang di website resmi Pesantren Terpadu Tgk. Chik Eumpe Awee.

Orang Aceh Harus Giat Membaca
Orang Aceh Harus Giat Membaca
Eumpe Awee | Membaca merupakan aktifitas yang sangat positif. Bagi tiap orang yang ingin berkembang, maka membaca menjadi kegiatan wajib yang tak bisa dielakkan. Terlebih bagi seorang muslim. Jika kita mengulang kaji sejarah turunnya wahyu pertama kepada Nabi Muhammad SAW, perintah pertama adalah membaca, atau kalimat iqra’ yang lebih masyhur.

Kata super ini membuat Rasulullah SAW menggigil ketakutan saat pertama kali diucapkan oleh malaikat Jibril, hingga beliau harus dituntun oleh malaikat penurun wahyu tersebut. Sejarah mencatat, ledakan perkembangan ilmu pengetahuan di kalangan muslim dari masa ke masa juga tak lepas dari membaca.

Pada masa kekhalifahan Umayyah hingga Abbasiyah misalnya, selain literatur di kalangan muslim sendiri juga banyak buku-buku bangsa Barat yang diterjemahkan yang kemudian menjadi bacaan dan diskusi penting di kalangan masyarakat waktu itu. Kegemilangan masyarakat Aceh di masa lampau juga tak lepas dari kegemaran masyarakat mengkaji keilmuan melalui membaca.

Seiring berkembangnya zaman kegiatan membaca ini terkikis dengan sendirinya di kalangan kita. Minat membaca masyarakat di Indonesia termasuk Aceh di dalamnya berada di titik yang mengenaskan. Menurut survey yang dilakukan oleh UNESCO tercatat bahwa tingkat kemajuan membaca hanya 0,001 persen. Persentase tersebut sama saja bila ada 1000 orang, hanya satu orang yang memiliki minat membaca. Sangat jauh berbeda dengan negara maju seperti Singapura mencapai 0,45 persen tingkat minat membaca. 

Negara kita hanya 2 jam per hari untuk membaca, berbeda dengan negara maju 8 jam perhari untuk membaca. Di tengah kemunduran ini pula pemerintah kita, Aceh khususnya seakan acuh. Bayangkan saja jumlah buku yang terdapat di Perpustakaan Provinsi Aceh hanya 45 ribu judul buku.

Kita tertinggal jauh dengan Perpustakaan Jakarta yang jumlah bukunya telah mencapai kurang lebih 2,5 judul buku. Tentu dana APBD yang dianggarkan pemerintah untuk biaya pendidikan sekitar 1,09 Triliun bukanlah angka yang kecil untuk disisihkan pemerintah dalam meningkatkan jumlah buku demi merangsang masyarakat kita untuk gemar membaca.    

Tentu hal di atas menjadi indikator bangsa yang perlu perbaikan untuk meningkatkan minat membaca. Selain tangggung jawab pemerintah untuk memperbaiki hal ini, masyarakat Aceh sendiri harus memantapkan hati untuk menjadikan membaca sebagai aktifitas dan kebutuhan. Selain itu, peran orang tua dan sekolah sangatlah penting dalam menanamkan kecintaan anak terhadap membaca pada usia sedini mungkin.

Menumbuh kembangkan minat baca anak pada usia dini adalah faktor utama untuk menanamkan kecerdasan anak, karena jika anak dapat membaca sejak usia dini, maka hal itu dapat membuka wawasan mereka lebih jauh lagi. 

Namun perlu diingat orang tua dalam melaksanakannya untuk tetap memperhatikan perkembangan anak, sehingga tidak terdapat unsur pemaksaan. Minat membaca pertama kali harus ditanamkan melalui pendidikan dan kebiasaan keluarga. Selain memperoleh hiburan, dengan membaca, seseorang terbuka cakrawala pandangan dan pemikirannya.

Oleh karena itu, buku disebut sebagai “jendela dunia”. Dengan membaca, seseorang dapat mengarahkan pandangannya keluar. Membaca dapat mengubah, bukan hanya sudut pandang atau mindset seseorang, tapi juga bisa mengubah hidup secara total. 

Dalam penelitiannya, Glenn Doman (1998), seorang pendiri The Institute for The Achievement of Human Potential di Philadelphia menyatakan bahwa anak balita dapat diajarkan membaca dan lebih efektif daripada anak yang memasuki usia sekolah (6 tahun). Dalam penelitiannya, Doman mengemukakan bahwa anak yang berumur 4 tahun lebih efektif daripada anak yang berumur 5 tahun. Anak berumur 3 tahun lebih mudah diajari daripada anak berumur 4 tahun.

Lebih jelasnya, Doman mengatakan bahwa semakin kecil usia seorang anak, maka semakin mudah untuk diajari membaca. Akan tetapi, dalam batas anak sudah mulai berbicara. Karena anak yang belum bisa berbicara, akan sulit untuk diajari membaca. Tentu hal ini menjadi pertimbangan serius bagi orang tua agar supaya tidak saja memanjakan anak-anak mereka dengan televisi atau media teknologi lain seperti komputer, smartphone, tablet yang membuat anak-anak asyik dengan hiburan yang membahayakan itu.

Mari kita ciptakan lingkungan membaca dimulai dari diri kita serta di lingkungan keluarga, sekolah hingga masyarakat agar kejayaan yang pernah diraih para pendahulu kita dapat kita capai di masa depan. Wallahu’alam.

Artikel ini ditulis oleh: Ikramul Fajri 

Admin
Terimakasih sudah berkunjung di laman website resmi lembaga pendidikan, Pesantren Terpadu Tgk. Chik Eumpe Awee. Tinggalkan komentar Anda di bawah.
Buka Komentar